Kaplet Roh Kudus disusun pada tahun 1892 oleh seorang biarawan Fransiskan Kamusin di Inggris sebagai sarana bagi umat beriman untuk menghormati Roh Kudus. Doa ini kemudian memperoleh persetujuan apostolik dari Paus Leo XIII pada tahun 1902. Kaplet ini dimaksudkan sebagai sarana untuk menghormati Roh Kudus, sama halnya dengan Doa Rosario yang oleh para rahib Dominikan dimaksudkan untuk menghormati Santa Perawan Maria Bunda Allah. Kaplet ini terdiri dari lima kelompok manik-manik, yang setiap kelompoknya masing-masing terdiri dari tujuh buah butir manik-manik. Dengan kata lain, masing-masing kelompok manik-manik ini mewakili misteri yang bila dijumlahkan ada sebanyak lima misteri. Bila semuanya dijumlahkan, maka terdapat tiga puluh lima butir manik-manik kecil dan dua belas butir manik-manik besar. "Doa ini sungguh teramat baik kita terapkan setiap hari, khususnya di masa Pekan Suci (Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sepi, Paskah, hingga Pentakosta)", t...
keren... mantep bener nih :D
ReplyDeleteMasih cukup banyak kelemahan dari karya ini.
ReplyDeleteKelemahan-kelemahan tadi semakin nyata saat ujicoba untuk kumpul berkegiatan dan saat musim hujan.
1. Gagasan lantai papan kayu yag terlampau besar jelas gagal karena melengkung ditambah lagi menjebak air. Akhirnya harus diganti dengan keramik bekas. Untung papan2 kayu ini masih bisa digunakan untuk bagian lain rumah.
2. Penanganan stop kontak tidak seperti gagasan awal. Di lapangan terlalu fokus pada lampu. Terlihat kesulitan yang muncul ketika kegiatan. Akhirnya secara spontan bisa diperbaiki & ditambahkan sesuai gagasan awal tanpa peran tim lapangan (ini cukup mengecewakan dari tim lapangan).
3. Ada bagian yang seharusnya diberi tritisan atau penghalau air hujan (lihat pada gambar paling atas bagian kiri). Kelihatannya ketika di lapangan tim begitu fokus pada aspek keamanan hingga tak terpikirkan untuk memberi lebih dari sekedar tiang2 pengaman pada bagian lubang tersebut.
4. Ada gagasan yang cukup baik untuk kamar mandi yang sudah dibuat di atas kertas oleh tim tapi sayang karena tim mengulangi kesalahan 'persis' seperti yang dilakukan saya selaku pemberi tugas akhirnya gagasan itu lenyap. Padahal sudah diwanti-wanti agar kesalahan koordinasi tidak terulangi.
5. Aspek struktur & konstruksi tiang pengaman lubang tangga sangat lemah. Aspek ergonomi papan meja di rangkaian tiang itu juga kurang. Agak rendah untuk yang berdiri, terlalu tinggi untuk yang duduk di kursi.
6. Selain perhatian pada karya jadi, sangat disayangkan tim lapangan tidak peka pada peran maket. Seolah bangunan sudah jadi, maket tidak diperlukan lagi dan tinggalkan saja..
Saya amat kecewa maket acuan yang saya buat tersebut hancur.
Jika ini kuliah, sebagai pemberi tugas saya beri nilai 'C' untuk tim mengingat pada kelemahan2 di atas ditambah bahwa tidak seluruh 'misi' berhasil dituntaskan atau dijalankan.
Sebagai pengingat bisa lihat http://errikirwanwibowo.blogspot.com/2010/10/operasi-teras-atas-garasi-sketsa.html.
Catatan penutup: Laporan rutin tim lapangan sebagai wujud pertanggungjawaban terlalu panjang bercerita yang tidak perlu. Saya nyaris tidak pernah membacanya karena bertele-tele.
- Errik Irwan W -