Kisah AJMariendo di Tahun Keempat...
Relung Sukacita
Waktu berlari kian
kencangnya seolah-olah hendak diterkam badai. Sungguh tak terasa sudah kala itu
sudah memasuki penghujung triwulan pertama di tahun itu. Seperti biasa fajar
mulai menjemput AJM untuk memulai beraktifitas. Entah apakah gerangan yang
terjadi, mendadak ia terpikir akan momongan mungilnya yang sudah
ditelantarkannya selama beberapa tahun terakhir. “Apakah gerangan kabar
momongan mungilku ini? Apakah gerangan yang melucuti rasa acuh tak acuhku
terhadapnya? Masakan aku memikirkannya? Sepadankah perhatianku kembali
kutambatkan padanya setelah sekian lama ini? Ah, mungkin hanya jeritan sesaat hatiku
sajalah semuanya ini”, gumamnya pelan penuh gelisah membara. Ia lalu berdiri
dari singgasana istirahatnya. Kedua kakinya sungguh teramat lincahnya menghentak
ubin nan lantang kian cepat. Sesaat (kedua kakinya) berhanti yang kemudian
kembali sibuk menghentak pasti. Selang beberapa detik kemudian, perhatiannya
tertuju pada sebuah bangku mungil yang terletak tak jauh darinya. Ia melangkah
pelan dengan tatapan tajam mendak mencengkeram sebuah benda hitam mungil yang
kira-kira selebar telapak tangannya, berada persis di atasnya, ialah ponsel
kesayangannya.
“Apakah gerangan
kegundahan yang kian dashyatnya menendang-nendang jiwaku ini? Sudah kuputuskan,
ya, sudah. Aku harus menggapaimu sekarang, AJMariendo!”, tuturnya pelan sembari
menguasai jari jemarinya untuk membantu menemukan keberadaan momongan mungilnya.
“Ya, itulah kau, aku sungguh mengenalimu”, tuturnya lanjut dengan tatapan tanpa
ampun sibuk mengamati momongannya. “Sungguh betapa malangnya nasibmu, sayang.
Sungguh telah sekian lama dukamu tertutupi kebisuan semu. Kini baru kusadari
aku mencampakkanmu ke dalam palungan nan ngeri mencekam badai”, tuturnya penuh
duka. “Apakah gerangan yang dapat kuperbuat untukmu? Ah, iya, aku tau, meskipun
hal ini akan sangat menyulitkanmu, tetapi akan kucoba dengan segenap hatiku,
sayang”, tuturnya kembali berharap sembari teringat akan beberapa hal yang
telah dilakukannya selama setahun terakhir. “Keelokanmu telah sirna. Kekeringan
nan penuh hampa yang tengah kamu alami mungkin kiranya dapat kusegarkan kembali
dengan memberimu asupan-asupan harapan baru”, tuturnya pelan kian bersukacita. Sejak
saat itu hingga beberapa hari ke depan, AJM berusaha keras memikirkan
mewujudkan angan-angannya yang tengah siap digunakan untuk menyelamatkan
momongan mungil kesayangannya yang nyaris sirna.
Kering Kerontang Bertunas Pengharapan
“Aku tahu, aku mesti
bekerja keras demi menyelamatkan momonganku itu dari kesirnaannya. Aku tahu,
meskipun sulit, tapi aku percaya bahwa aku memiliki secercah harapan baru’,
timpalnya dengan penuh penghayatan. Ia lalu berdiri dari singgasana tempatnya
berkarya menuju sebuah ruang kreasi dan inspirasi yang letaknya tak jauh dari
tempat itu. Setibanya di sana, sembari berusaha mengatur hawa pernapasannya
agar kian teratur, ia mengingat kembali langkah pertama yang mesti
dilakukannya. “Aku bisa memberikan asupan kesegaran baru untukmu, wahai
momonganku. Pertama-tama, aku akan menyuapimu dengan bekal proyek-proyek ‘Taman’
yang sudah dan bahkan tengah kukerjakan”, tuturnya penuh sukacita. Kala itu,
AJM sudah menyelesaikan beberapa pengawasan proyek, sebut saja proyek ‘Taman’,
yaitu ‘Taman SeMBako’, ‘Taman PIM’, ‘Taman Kemeng’, ‘Taman Kanak Kemeng’, ‘Taman
Kepala Gading’, ‘Taman Padang Gurun’, ‘Taman Cireng’, dan ‘Tamani Kukus’. “Ya,
aku akan memberikamu asupan aneka ‘Taman’ untukmu, sayangku”, tuturnya lebih
lanjut nan penuh sukacita. “Hingga hampir penghujung tahun ini, aku akan
memberikan perhatianmu secara khusus untuk kebutuhan sandangmu, sayang”,
tuturnya lebih lanjut dengan penuh cinta kasih.
Keajaiban mulai
terjadi hingga munculnya luapan sukacita diantara keduanya. Bulan demi bulan
silih berganti, berbagai perhatian pengunjung kembali meskipun pada awalnya enggan.
Sungguh di luar dugaan, tamu pengunjung meningkat hingga empat kali lipat
dibandingkan tahun sebelumnya, bahkan menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah
kehadiran AJMariendo. Upaya kerja keras yang sudah diperjuangkan AJM sungguh
tidaklah sia-sia kendati cukup berat mengarungi luasnya samudera nan antah
berantah. Alhasil, upayanya dalam mulai memenuhi kebutuhan primer sandangnya
cukup menorehkan secercah tunas-tunas harapan baru untuk momongan mungil
kesayangannya.
Sandang dan Papan
Sungguh tak pernah
terbayangkan sebelumnya oleh AJM untuk menghidupkan kembali momongan mungilnya
dengan tak henti-hentinya menyuapinya dengan asupan-asupan nan berpengharapan baru.
Entah apakah gerangan yang terjadi kala itu, buah-buah kemujuran dari Yang
Mahatinggi pun kian terpancar. Tak pelak lagi, AJM menemukan harta karun kecil
nan berharga untuk momongan mungilnya seraya berkata, “Aku tahu hal ini pada
akhirnya akan terjadi. Akan tetapi sungguh tak pernah terbayangkan olehku,
semuanya telah terjadi diluar akal insaniku. Ya, kini tibalah bagiku untuk
mulai melucuti kelusuhanmu (AJMariendo) dengan jubah baru”, tuturnya dengan
penuh sukacita nan penuh harapan pasti. “Aku tahu bahwa kebutuhan primer
sandang dan papanmu ini hanyalah permulaan untukmu agar kamu terlihat lebih
menawan, meskipun kamu masih tak sebanding dengan apa pun di duniamu”, tuturnya
lebih lanjut. Kebutuhan primer sandang dan papan melekat menjadi satu menerkam
AJMariendo dengan penuh kasih sayang nan pasti. Tak tanggung-tanggung, jumlah
peminat mencapai ribuan yang memberikan ungkapan simpati kepadanya.
Buah Tangan Untuk Pemirsa
Menapaki tahun kelima
AJM kini tengah memulai babak baru bersama momongan mungilnya masih masih bisa
dibilang sebagai balita. Meskipun demikian, ia hanya bisa mengupayakan yang
terbaik untuk momongan mungil kesayangannya, yaitu dengan merawatnya dengan
penuh cinta kasih. AJMariendo merangkak kian lincahnya sembari berupaya untuk
berjalan. Ia kembali menghempaskan sejarah lima tahun terakhir dengan menyedot
ribuan simpatisan yang hampir melampaui setahun lampau, meskipun ia baru menembus
caturwulan kedua tahun ini. Meskipun demikian, tugas serta tantangan yang akan
diemban oleh AJM kian besar seiring dengan semakin beranjak dewasanya momongan
mungil kesayangannya itu.
Sebagai upaya untuk
memotivasi dirinya, AJM lalu mulai melukiskan kata-kata yang tengah siap ia
lahap untuk ditambatkan ke dalam relung hatinya nan penuh sukacita telak:
Kuhirup
embun fajar harapanku...
Kuhembuskan
kehangatan mentari sukacitaku...
Kudekap
kerikil-kerikil ketidakpastian...
Kuhempaskan
ke dalam penantian...
Kualirkan
kebebasan cinta kasih itu...
Kuhancurkan
benteng pilu nan beku...
Kupendarkan
rasa dukacita...
Kugapai
secercah sukacita...
Kusadari
rasa syukur...
Kuakui
sungguh tak terukur...
Comments
Post a Comment