Kisah AJMariendo di Tahun Ketiga...
Mengerjakan Soal Ujian Kehidupan
Segudang aktivitas
kian mengalir deras di dalam pundi-pundi kehidupan AJM di kota metropolitan
yang konon merupakan kota termegah seantero nusantara itu. Ya, Kepala Bunda
memang sudah berkuasa sebagai kota terbesar sejak dahulu kala. Keseimbangan
tempo AJM kian membisu menuju ke dalam jemu nan semu. “Ya, betapa aku selalu
mengingat kejadian kala itu. Tahun itu sungguh menelan sukacitaku”, tuturnya
sembari memejamkan kedua matanya dalam-dalam menuju sanubarinya. “Ya, aku harus
melakukan sesuatu”, tuturnya kemudian sembari menyibukkan perhatiannya
membelalak ngeri kepada seluruh muka meja di hadapannya. Sesaat kemudian, ia
merogoh catatan elektronik yang terletak tidak jauh dari perhatiannya. Lalu,
tangan kirinya dengan cepat mendekap kursi yang sejak semula berpasrah di
sisinya. Sekejap saja ia sudah melindasi kursi itu. Kedua tangannya sudah mulai
bekerjasama menopang catatan elektroniknya. Maka, mulailah ia menulis yang
ditemani kesunyian malam nan bisu.
Anjing
berlalu sembari bersoar-soar...
Kuingat
selalu perasaan bergejolak nan berdebar-debar...
Ah,
betapa pahitnya embun buatan malam nan kelam...
Segala
penyakitku seakan membatu sekeras pualam...
Sanubariku
terguncang di tengah badai ombak lautan nan dalam...
Sambil
menyelam minum air yang bisa kulakukan tanpa bersalam...
Seketika
sesosok dara memberikan penghiburan bagiku...
Berkat
dari Yang Maha Tinggi nan misteri menyelubungiku...
Lambat
laun nan pasti Ia menjadi belahan jiwaku...
Meskipun
badai kian meronta-ronta menelan separuh jiwaku...
Berkali-kali
jiwaku tersandung tanpa ampun...
Kendati
Ia mengerahkan segenap keselamatanNya penuh ampun...
Secercah
harapan membuka mata jiwaku kembali pasti...
Bersama
seorang dara bagaikan sepasang burung dara nan berhati...
Kasih
setiaNya sungguh agung nan misteri...
Tak
jemu-jemunya aku selalu belajar memberi...
Kini
kulukiskan riwayat mutiara beracun itu...
Menggertak
tanpa ampun berakhir pilu...
Sekejap
sukacita baru memunahkan hingga ke akar-akarnya...
Tibalah
harapan baru bertunas kembali berkarya...
Tiba-tiba tangannya
mendadak berhenti menggetarkan catatan elektronik kesayangannya itu. Wajahnya
semakin berseri. Matanya berkaca-kaca sekilas, lalu dengan cepat kelopak
matanya menyembunyikan tanda kenangan itu. Ia lalu menghela napas dalam-dalam
beserta lontaran senyuman mungil penuh syukur nan penuh arti. “Belahan jiwaku,
apakah gerangan yang sedang kau lakukan?”, tutur Ve yang sayup-sayup terdengar
semakin pasti pada akhirnya. AJM pun sadar bahwa kini ia tidak sendiri di dalam
ruangan itu. Lalu ia melayangkan pandangannya ke arah Ve seraya berkata, “Oh,
Adinda. Ya, baru saja aku menjawab ujian pertamaku di universitas kehidupan
ini”, timpalnya tenang sembari menyodorkan karyanya itu kepada Ve. Lalu mereka
berdua saling berpandangan seolah-olah membagi sukacita dan dukacita mereka di
dalam sebuah bejana berhubungan. Senyum nan penuh sukacita pun tercipta
menyelimuti suasana haru nan sederhana kala itu.
Bersambung
AJM harus kembali
menemukan keberadaan AJMariendo-nya bagaikan jarum di dalam tumpukkan jerami.
Alhasil, semua usahanya kian berbuah kendati awalnya sungguh mustahil. Ia
menganggap bahwa usahanya ini sebagai babak baru di kehidupannya kini, meskipun
seolah-olah telah mati selama ratusan pekan. Apakah yang dilakukannya kala itu?
Simak kisah selanjutnya di Kisah AJMariendo di Tahun Keempat.
Comments
Post a Comment