Kisah AJMariendo di Tahun Keempat... Relung Sukacita Waktu berlari kian kencangnya seolah-olah hendak diterkam badai. Sungguh tak terasa sudah kala itu sudah memasuki penghujung triwulan pertama di tahun itu. Seperti biasa fajar mulai menjemput AJM untuk memulai beraktifitas. Entah apakah gerangan yang terjadi, mendadak ia terpikir akan momongan mungilnya yang sudah ditelantarkannya selama beberapa tahun terakhir. “Apakah gerangan kabar momongan mungilku ini? Apakah gerangan yang melucuti rasa acuh tak acuhku terhadapnya? Masakan aku memikirkannya? Sepadankah perhatianku kembali kutambatkan padanya setelah sekian lama ini? Ah, mungkin hanya jeritan sesaat hatiku sajalah semuanya ini”, gumamnya pelan penuh gelisah membara. Ia lalu berdiri dari singgasana istirahatnya. Kedua kakinya sungguh teramat lincahnya menghentak ubin nan lantang kian cepat. Sesaat (kedua kakinya) berhanti yang kemudian kembali sibuk menghentak pasti. Selang beberapa detik kemudian, perhatiannya tertuju pad...